Fokus

Tatap saja yang lebih penting. Tak usah pusingkan diri dengan melirik sana dan sini. Tak juga berarti mengenyampingkan hal lainnya. Justru dengan itu berusaha proporsional dan adil dalam membagi peran dan perhatian. Karena adil tak selalu sama rata, bisa saja mengedepankan suatu hal yang lebih banyak manfaatnya. Toh, jika memang benar dia, siapa yang bisa berkata tidak oleh jalan takdir-Nya?

Jika suar pikiran telah lurus ke depan, namun hati bersikap bak perahu di atas samudera? Itu wajar, karena hati tak sepenuhnya kita yang pegang kendali. Ada Yang Maha Membolak-balikkan segumpal daging ini, yang olehnya jadi tolak ukur baik buruknya pribadi. Jadi, pintakanlah atas Nya agar hati selaras dengan pikiran, agar konsentrasi tak lagi bercabang. Agar fokus bisa terealisasi, dan segala hal baik dalam mimpi bisa kan didapati.

Pada titik ini segalanya kan lebih berat lagi. Pada langkah yang di awali awan gelap masa lalu. Pada gerak yang ditemani segala haru. Pada niat yang terhenti, tak pernah bertemu dengan sang amal yang diam terpaku. Dan pada hati yang selalu terbias akan wajahmu.

Olehnya, seperti memutuskan rantai baja yang mengikat raga. Olehnya, seperti menghancurkan gunung, jelmaan sang hawa nafsu. Olehnya, seperti menarik keluar diri yang terhisap lumpur maksiat kelabu.

Maka fokus seolah keniscayaan belaka, seolah fana tak kan mungkin tercipta. Tapi apa daya? Jika diri tak kau paksa, siapa lagi yang bisa melakukannya semua? Ah, diakah? Yang telah pergi atau yang tak tau kan kembali, atau yang sama sekali tak sempat dikenali?

Aaaargh ! Tak usah ada banyak tanya lagi. Cukup kembali fokus dan melangkah lagi. Walau darah dan air mata yang kan menemani…

selamat datang di ruang hati (lagi !)

DSC_2879

kelam, pengap, berdebu, sarang laba-laba dimana-mana. bahkan di langit-langitnya bergelantungan mata-mata merah yang menghambur keluar ketika pintu ruangan ini kubuka. yaaa… begitulah kira-kira keadaan blog ini. saking lamanya tak pernah singgah di ruang ini lagi, aku bahkan hampir tak mengenali interface dari blog ku sendiri. benar-benar beda. andai ruang ini mampu berkata, mungkin ia sudah mengeluarkan sumpah serapahnya.

“untuk apa kau kesini lagi? bukannya kau tak butuh lagi aku? bukannya kau tak lagi peduli denganku? sana ! kembali dengan dunia busukmu. sana ! kembali dengan gundahmu”.

untung saja ia tak mampu berkata, tapi rasa bersalah itu tetap menelusuk ke dada. ruang yang dulu ku hampiri kala kepala penuh masalah, ruang yang dulu jadi tempat berbagi kisah kala tubuh tak lagi ada gairah, ruang yang dulu jadi tempat berbagi rasa, kala hati gundah gulana. lalu, ku menjauh darinya. atau lebih adil jika aku katakan, aku yang membuang dan meminggirkannya.

maafkan aku. kali ini aku kembali. dan janji aku tak kan pergi lagi. berat mungkin untukmu terimaku lagi. tapi lihatlah, aku disini. kembali berjuang menggores bait bait kata penuh cinta disini, tepat di ruang hati. perlahan-lahan kau juga akan sadar betapa kesungguhanku memperjuangkan tiap kata ini.

selamat datang kembali di ruang hati. selamat datang lagi goresan kata yang membias warna pelangi mengukir dibalik gerimis kehidupan ini

Love Back to Asholah

cinta Allah

Mengembalikan keoriginalitasan cinta? Sangat sederhana. Bukan perkara muluk. Tidak bicara perasaan. Apalagi sekedar ucapan sayang.

Ya, sangat sederhana. Sesederhana engkau menikmati tetesan hujan pagi ini. Sesederhana engkau mensyukuri tiap udara dihelaan nafasmu. Sesederhana ucapan Hamdalah ketika lambungmu terisi.

Mengembalikan keoriginalitasan cinta? Kembalikan saja ia pada yang Maha Mencinta. Seperti sifat yang tersemat pada Nya, al-Waduud. Yang menurut tafsir  syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di bahwasanya asal kata nama ini berarti al-mahabbah ash-shaafiyah atau kecintaan yang murni.

Cinta yang murni itu sederhana. Sesederhana seorang hamba yang ingin dicinta Rabb nya dan mencinta Rabb nya

{وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ}

“Dan mohonlah ampun kepada Rabb-mu (Allah ‘Azza wa Jalla) kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesengguhnya Rabb-ku Maha Mencintai hamba-hamba-Nya lagi Maha Pengasih” (QS Hud : 90).