Renovasi Hidup

RENOVASI - Biaya yang dibutuhkan untuk merenovasi akan jauh lebih besar ketimbang biaya yang digunakan membangun dari awal. Keliatannya akan lebih murah ketika kita menambahkan satu per satu item pekerjaan pada bangunan impian kita. Awalnya mungkin bangunan satu lantai yang sudah cantik lengkap dengan perabotnya.

Selang beberapa waktu, ketika ada rezeki berlebih mulai ditambah beberapa ruangan untuk anak anak di masa depan. Lalu karena kebutuhan lain, beberapa tahun lagi mulai dirancang untuk penambahan lantai dua, dan seterusnya. Yang otomatis akan berpengaruh signifikan terhadap apa yang harus ‘dibayar’ untuk mewujudkannya. Tika, menambah kamar lagi, otomatis halaman cantik tempat biasa berkebun hilang, beberapa dinding diruntukan, kuda-kuda di desain ulang guna mengcover ruang baru yang dihadirkan. Ini berarti biaya, waktu, dan beberapa bagian yang lantas terbuang sebagai harga untuk perubahan yang lebih baik itu. Belum lagi ketika menambah lantai dua. Jauh akan lebih banyak hal yang mesti dibayar.

Begitu juga dalam merenovasi hidup ini kawan. Ketika kita berusaha menjadi lebih baik lagi dan lagi, akan banyak hal hal yang akan kita korbankan sebagai modal tuk pencapaian lebih baik kedepannya. Kadang tak sedikit konstruksi lama hidup kita yang mesti di buang, waktu yang panjang untuk kembali membangun bangunan hidup kita yang lebih baik, dan menyiapkan pondasi yang lebih kokoh untuk elevasi hidup yang lebih tinggi. Jadi jangan menyerah dalam merenovasi hidup kita, meski biayanya tentu lebih besar 🙂

Standarisasi Kebaikanmu

IMG_5753

Standarisasi baik itu sebenarnya simpel. Tak perlu tanyakan pada orang lain seberapa baiknya dirimu. Cukup selami nuranimu. Apakah yang dilakukan diri itu benar atau mesti direvisi lagi ?

Sayangnya, nurani pun serasa tak mampu dijadikan hakim paling bijak. Ia terlalu lemah terhadap kerlingan dunia. Yang jadikan ia benarkan segala perbuatan asalkan jiwa puas dan bahagia.

Lantas, kemana jiwa mesti berkaca ? sekali lagi standarisasi baik itu simpel. Toh, ada SOP bagaimana diri mesti bersikap dari Penciptamu yang telah teruji dan terkakreditasi. Simpel bukan ? ikuti apa yang Tuhanmu perintahkan, dan jauhi apa yang Tuhanmu larang. maka selamat, dirimu sudah masuk dalam kategori orang-orang baik. dan nurani sejatinya bersinergi dengan perintah Ilahi. sehingga akan lebih mudah tuk dipahami. So simple !

Hanya saja, syahwat dalam diri seringkali meracuni nurani. dan nurani yang terkorupsi kadang tak lagi sehati dengan perintah Rab-nya. Ia lakukan apa yang ia benarkan dan ia benarkan apapun yang ia lakukan. Seolah ia hanya benar sendiri. Seolah kebenaran hanya ada pada standarnya sendiri dan yang lain selalu salah… Standarisasi baik itu simpel, sesimpel engkau dengan mudahnya mengabaikan semua kebaikan itu sendiri…

Perjuanganmu masih belum berjuang !

16583501_263879324042620_7010838832824188928_n1GHUROBA’ – Ustadz Syafiq Riza Basalamah Rahimahullah Ta’ala bercerita, jika beliau pernah bersitegang dengan keluarga kala pulang ke pesantren dengan jenggot yang begitu panjang. Dikatakan ikut aliran tertentu, tidak pantas, dan hanya orang-orang tua yang berjenggot oleh keluarga. Sampai paman Beliau pernah akan memotong jenggot Beliau saat Beliau sedang tidur .
Begitulah sejatinya keadaan yang didapati bagi mereka mencoba menegakkan Sunnah Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam. Karena Rasulullah sendiri pun dianggap asing kala mendakwah Islam di tengah-tengah kaum Beliau sendiri.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻃُﻮﺑَﻰ ﻟِﻠْﻐُﺮَﺑَﺎﺀِ ﻓَﻘِﻴﻞَ ﻣَﻦِ ﺍﻟْﻐُﺮَﺑَﺎﺀُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﺃُﻧَﺎﺱٌ ﺻَﺎﻟِﺤُﻮﻥَ ﻓِﻰ ﺃُﻧَﺎﺱِ ﺳَﻮْﺀٍ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻣَﻦْ ﻳَﻌْﺼِﻴﻬِﻢْ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﻣِﻤَّﻦْ ﻳُﻄِﻴﻌُﻬُﻢْ

“Beruntunglah orang-orang yang terasing”. “Lalu siapa orang yang terasing wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi , kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Jadi jangan gusar dan bersedih dengan penolakan, ejeken, cacian, bahkan kebencian dari lingkungan yang belun paham. Bukankah Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam menolak menghukum kaumnya kala malaikat menawarkan menjatuhkan gunung pada mereka ?
Jadi doakan, bersabar, tetap istiqomah. Dan mesti diingat, perjuangan ini jauh lebih sederhana ketimbang apa yang orang lain perjuangkan. Tak sesulit apa yang dirasakan. jadi tetaplah tegar dalam malangkah. Bismillah…